Thursday, May 27, 2010

DPP Jatman Tolak Pencalonan Hasyim Sebagai Rois Am


Hasyim Muzadi. TEMPO/Fransiskus S
TEMPO Interaktif, Makassar - Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mutabaroh An-Nahdliyah (Jatman) Idarah Aliyah Habib Toha menyatakan penolakannya kepada Hasyim Muzadi dalam pencalonan Rois Am Nahdlatul Ulama di Muktamar ke-32 Makassar.

Menurutnya sikap resmi DPP Jatman menolak Muzadi untuk dicalonkan menjadi Rois Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, sebab kata Toha, bukan tempatnya Muzadi menduduki Rois Am. Menurutnya masih banyak kiai-kiai yang lebih tua dan lebih cocok.
"Kami ingin agar Rois Am diberikan pada kiai yang lebih senior, " kata Habib Toha dalam jumpa pers di sekretariat Jatman Idarah Wustha (Pengurus tingkat Provinsi) Sulawesi Selatan, jalan Baji Bicara siang ini.
Sikap itu juga untuk mengklarifikasi pernyataan sikap DPP Jatman yang akan keluar dari NU jika Muzadi terpilih Rois Am NU yang dimuat di sejumlah surat kabar lokal dan nasional.  "Kami pengurus pusat hendak mengklarifikasi pernyataan Rais Am Jatman Habib Lutfi Bin Ali Yahya yang menyatakan akan keluar dari NU jika Muzadi menjadi Rois Am PBNU, " kata Habib Toha.
Toha didampingi oleh Ketua Dewan Mursyid Jam'iyah Khalwatiah Syekh Yusuf Al-Makassary Syaikh Abdurahim Assegaf Puang Makka, Sekjen Jatman Muhammad Masroni dan para jamaah tarekat Syekh Yusuf ini.
Ditambahkan Nasroni, bahwa masih banyak kiai-kiai yang menurut pengamatan Jatman lebih pantas, seperti Maimun Zubair, Mustafah Bisri, Zainuddin. "Kami kedepankan adat, hormati senior, " kata Sekjen Jatman ini.
Namun, kata Toha, tidak berarti setuju dengan pencalonan itu. Menurutnya Muzadi diakui punya banyak kelebihan, baik, bagus dan cerdas. Tapi secara adat istiadat di NU, mana kala masih ada yang lebih tua, berilah kepada yang lebih senior.
"Tua keilmuan, tua pengetahuan, tua dedikasi, " ujarnya.
Jatman memiliki 43 organisasi tarekat di Indonesia dan badan otonom NU lainnya, kata Sekjen Jatman Masroni sebenarnya tidak puas dengan Muktamar ini karena badan otonom ini tidak punya suara di Muktamar.

ABD AZIS

Friday, May 21, 2010

Kiai Djalil Dukung Wiranto-Gus Sholah, Diikuti 900.000 Jamaah PETA

 
Sabtu, 19 Juni 2004 15:41
Tulungagung, NU Online
Kiai Toreqot yang juga pimpinan Ponpes PETA (Pesulukan Toreqot Agung Tulungagung), KH Abdul Djalil Mustaqiem tak biasanya bikin manuver politik. Namun, menjelang Pilpres-Pilwapres, kiai kharismatik yang disegani ini tiba-tiba mengeluarkan statemen politik mendukung duet Wiranto-Gus Sholah. Manuver politik ini didasarkan hasil istikharoh Kiai Djalil yang juga dilakukan lima kiai terkenal lainnya. Dipastikan, dukungan ini bakal diikuti jamaah Toreqot PETA yang jumlahnya mencapai 900.000 orang di berbagai penjuru tanah air.
Dukungan terhadap pasangan Wiranto-Gus Sholah itu, Sabtu (19/6) siang diungkapkan Kiai Djalil dalam keterangan pers yang berlangsung di kediamannya Ponpes PETA Kelurahan Kauman, Kota Tulungagung, Jawa Timur. ''Ya, memang betul saya mendukung Wiranto. Sejak awal, saya sudah kenal Wiranto. Tapi, Wiranto belum kenal sama saya,'' ungkap KH Abdul Djalil Mustaqiem.
Menurut Kiai Djalil, dukungan yang disampaikan kepada pasangan Wiranto-Gus Sholah semata-mata didasarkan hasil sholat istikharoh yang dilakukannya sebelum memasuki masa kampanye lalu. Selain dirinya yang istikharoh, KH Djalil juga memerintahkan lima orang kiai kenamaan lainnya untuk melakukan istikharoh. ''Alasan  mendukung Wiranto ya hasil istikharoh saya. Saya juga menyuruh lima kiai lain untuk bersitikharoh. Insya Allah, menurut hasil istikharoh, Wiranto jadi presiden,''kata Kiai Djalil tanpa bersedia menyebutkan nama lima kiai yang disuruh istikharoh itu.
Selain didasarkan hasil istikharoh, Kiai Djalil mengaku mendukung Wiranto karena Capres ini pernah menjabat sebagai komandan militer. Sementara, capres lainnya belum ada yang memiliki pengalaman seperti Wiranto. ''Dia (Wiranto) pernah menjadi komandan yang pernah disegani. Calon yang  lain kan belum ada yang pernah jadi komandan militer seperti Wiranto,'' kata Kiai Djalil.
Bagaimana dengan track record Wiranto yang dinilai kurang bagus dan disebut-sebut tersandung kasus pelanggaran HAM, Kiai Djalil tak banyak memberikan penjelasan. ''Lho, kiai saja yang kotor banyak, apalagi seorang pejabat,'' tandas kiai toriqot yang dikenal kharismatik dan memiliki santri di berbagai penjuru tanah air ini.
Mengapa Kiai Djalil dan santri-santri Toriqot PETA tidak diarahkan untuk mendukung KH Hasyim Muzadi  yang  berpasangan dengan Megawati. Padahal, KH Hasyim Muzadi menjabat sebagai Ketua Umum PB NU? ''Hasyim kan mencalonkan bukan atas nama NU, tapi atas nama pribadi. NU kan nggak mencalonkan. Malah, PKB yang mencalonkan Gus Sholah,'' tegasnya.
Ditanya apakah dukungannya kepada pasangan Wiranto-Gus Sholah ini juga akan diinstruksikan dengan mengeluarkan fatwa kepada para santri Toreqot PETA? ''Tanpa diberitahu secara formal, santri-santri saya sudah mengerti semua. Nggak perlu juga saya mengeluarkan fatwa-fatwaan. Kalau saya sudah ngomong A, Insya Allah, santri-santri saya Insya Allah akan ikut semua,'' kata Kiai Djalil.
Diungkapkan, saat ini, Toreqot yang dipimpinnya memiliki jamaah sekitar 900.000 orang yang tersebar di berbagai penjuru. Meski tidak mengeluarkan fatwa, kata Kiai Djalil, santri-santrinya  secara 'gethok tular' akan menyampaikan pesan politiknya mendukung Wiranto-Gus Sholah. ''Jamaah saya 900.000 itu Insya Allah mengikuti saya. Ini belum termasuk simpatisannya,'' tegas Kiai Djalil.
Setelah mengeluarkan statemen politik mendukung duet Wiranto-Gus Sholah, kata Kiai Djalil, Ponpes PETA kini tertutup dikunjungi caprs-cawapres yang lain. ''Ya, tentu saja, sekarang ini saya nggak mau menerima kunjungan capres-cawapres yang lain. Nanti kalau mau dikira yang nggak-ngak. Untuk kunjungan dari calon lain, sekarang kami sudah tertutup,'' ujarnya.
Kiai Djalil tak akan kecewa seandainya pasangan Wiranto-Gus Sholah yang didukungnya nanti tidak terpilih menjadi Presiden-Wakil presiden.  ''Nggak apa-apa kalau tak terpilih. Saya kan hanya ingin menentramkan umat. Umat NU kan resah. Untuk menentramkan, saya buat himbauan seperti ini,'' kata Kiai Djalil.(kd-mhb)

600 Pria Zikir 3 Malam Keliling Kampung Besilam



Pos Metro Medan Selasa, 20 Oktober 2009
LANGKAT
PEMBUNUHAN Hj Basariah (65), Rabu (9/9) lalu, sepertinya sulit dilupakan masyarakat di perkampungan Babussalam, Besilam, Langkat. Karenanya, mereka tidak ingin peristiwa di Dsn II, Ds. Besilam, Kec. Padang Tualang, Langkat, itu terulang kembali.

Sebagai bentuk keprihatinan itu, mereka menggelar kembali tradisi yang telah diwariskan Syeikh Abdul Wahab Rokan kepada anak dan cucunya, yakni zikir berjalan keliling kampung. Dan itu telah dilaksanakan pada Jumat (16/10) hingga Minggu (18/10) lalu.

Zikir ini sendiri diikuti 600 jamaah khusus pria, dengan mengenakan pakaian wajib berwarna putih-putih. Sebelum ritual berjalan keliling kampung dilakukan, mereka terlebih dahulu berdoa dan zikir di makam Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan. Selain berzikir, dalam ritual tersebut, juga dilakukan azan dan doa di empat sudut kampung.

Yang menarik, selain berkeliling kampung, warga yang bermukim di perkampungan Babusslam tak diperkenankan membuka pintu ataupun jendela rumah mereka, selama ritual berlangsung. Tujuannya, agar warga terhindar dari mala petaka.

�Didalam zikir berjalan ini, selain berkeliling kampung, juga di lakukan Azan dan Doa terhadap 4 sudut kampung Besilam dan saat dilakukannya zikir berjalan, setiap rumah tidak dibenarkan membuka pintu dan jendela rumah mereka,� kata Khalifah Jamaluddin Khalik dan H.Ahyar Murni.

Ritual zikir yang sudah 11 tahun terakhir tidak dilaksanakan ini, dipimpin oleh Tuan Guru Syekh Tajuddin Al Mudawar. Usai zikir berjalan, para khalifah (pimpinan) ritual langsung kembali ke makam tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan. Di sini, mereka makan Bertih dan pisang Bantan secara bersamaan. Ini merupakan adat tradisi turun temurun penganut tariqat naqsabandi di perkampungan Besilam, Langkat.

�Tujuan dilaksanakan zikir ini adalah untuk mengusir segala marabahaya dari perkampungan Besilam Babussalam,� terang Syekh Tajuddin.(ndi/smg)

Tahlilan Seratus Hari Syekh Abdurrahman Rajagukguk Tuan Guru Imbau Jamaah Cermat Pilih Pemimpin

Cetak E-mail
Metro Siantar Senin, 10 Mei 2010

HATONDUHAN-METRO; Tuan Guru Persulukan Serambi Babussalam Hatonduhan, Syekh Muda Haji Ahmad Sabban Al Rahamaniy Rajagukguk MA, mengimbau seluruh kaum Muslimin dan khususnya para jamaah Thariqat Naqsyabandiah agar cermat memilih pemimpin Simalungun kedepan. Sebab dia melihat banyak pemimpin bersemangat mengumbar janji dengan segudang program sesaat sebelum berkuasa, namun realitanya hanya janji tinggal janji.

Imbauan itu disampaikan Tuan Guru Syekh Muda Haji Ahmad Sabban Al Rahamaniy Rajagukguk, di sela-sela acara tahlilan seratus hari Allah Yarham Syekh Abdurrahman Rajagukguk, Jumat (7/5) malam, di Pondok Persulukan Serambi Babussalam Desa Jawa Tongah, Kecamatan Hatonduhan, Simalungun. Dia pun mengajak semua kandidat bakal calon (balon) Bupati dan para pasangan calon Wali Kota yang beriktikad baik melakukan perubahan terhadap daerahnya agar dapat melakukan program-program yang terukur dan dapat memberikan perbaikan kesejahteraan terhadap masyarakat.
Menurut Syekh Muda Haji Ahmad Sabban, tidak perlu mengumbar janji dan merasa sudah pantas dan teruji dalam memimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menampilkan sikap tawadhu rendah hati, tidak sombong dan tidak menghianati kepercayaan masyarakat.
Ia mengaku sangat prihatin melihat kondisi para pejabat di berbagai daerah di negeri ini. Keprihatinan itu terkait banyaknya para penguasa yang lupa dan mempermainkan amanah yang telah dibebankan dipundaknya. "Sangat wajar kemudian, kita sama-sama menyaksikan beberapa pejabat dan penguasa di berbagai daerah terjerat kepada urusan lembaga hukum, seperti kejaksaan atau KPK," sebut Syekh Muda Haji Ahmad Sabban.
Pada kesempatan itu, Syekh Muda Haji Ahmad Sabban juga tidak terjebak dengan formalitas simbol-simbol agama, tapi sesungguhnya yang paling terpenting adalah bagaimana memilih pemimpin yang dapat mendukung kehidupan beragama yang harmonis dan kondisif serta mampu mensejahterakan masyarakatnya. Menurut dia, menjual isu-isu agama untuk komoditas politik adalah gaya politik pragmatis dan sempalan serta murahan. "Saatnya sekarang ini berlomba-lomba menunjukkan sikap politik yang mencerdaskan rakyat, santun, tidak munafik serta dapat menampilkan gaya kepemimpinan yang elegan. Soal ke mana dan siapa yang menjadi pilihan Wali Kota Siantar dan Bupati Simalungun, Syekh Muda Haji Ahmad Sabban tidak mengarahkannya kepada jemaah. "Biarlah jamaah memilih dengan hati nuraninya serta mengharap petunjuk Allah Swt agar pilihannya tidak salah. Namun kepada jamaah yang tersebar di Siantar Simalungun, Syekh Muda Haji Ahmad Sabban berpesan agar memilih pemimpin berhati-hati dan jangan salah pilih.
Acara Berjalan dengan Hikmat
Meskipun acara Tahlilan seratus hari Allah Yarham Syekh Abdurrahman Rajagukguk hanya sebatas jamaah thatiqat naqsyabandiah, namun acara tersebut dihadiri ratusan jamaah dan berjalan penuh hikmat dengan alunan zikir yang menggema. Pada acara tahlilan, Tuan Guru mengajak pada jamaah agar senantiasa sungguh-sungguh melaksanakan zikir agar keutamaan zikir tersebut dapat diperoleh.
Hadir dalam acara para Khalifah yang berada di daerah Simalungun, Medan, Tebing Tinggi dan Langkat, serta para undangan dan kaum Muslimin yang berada di Jawa Tongah, Kecamatan Hatonduhan Simalungun. Turut hadir Rombongan dari Tim JR-Nur (Calon Bupati-wakil Bupati Simalungun). (dro)

Sunday, May 16, 2010

 Ketua Pengurus Pusat P Jatman, KH Habib Thaha mengatakan, untuk menjadi Rais Aam, seseorang harus memenuhi kriteria di antaranya adalah ulama-ulama yang lebih tua, baik dalam segi usia, pengetahuan, ilmu, dedikasi, kebijaksanaan dan sebagainya. ‘’Pokoknya, tua dalam segala hal,’’ ujar Habib Thaha, saat jumpa pers di kediaman Pengurus Tarekat Khalwatiyah Sulsel, Abdurrahman Assegaf Puang Makka.

Sebelumnya, sejumlah media sempat melansir berita, jika Hasyim Musadi terpilih menjadi Rais Aam PBNU, beredar wacana para ulama-ulama tarekat NU akan menarik diri dari NU. Sekjen Jatman, KH Muhammad Masroni mengatakan, tak ada intrik pribadi antara PP Jatman dengan Hasyim Musadi. ‘’Namun jika ada sikap keras dari Rais Aam ulama-ulama tarekat, itu merupakan wujud kecintaan ulama pada NU,’’ ujar Masroni di Makassar, Senin (22/3).

Para ulama-ulama tarekat tersebut menyampaikan, bahwa NU diharapkan bisa menampung aspirasi warganya. Masroni mengatakan, pada periode yang sudah lalu, NU banyak diarahkan ke hal-hal yang tidak seharusnya seperti masalah politik. ‘’Yang kita inginkan, NU kembali ke Khittah 26, yakni membangun kembali bidang kemasyarakatan, pendidikan, bukan ke politik,’’ ujarnya.

Menurutnya, seorang Rais Aam NU, haruslah bisa menjadi panutan bagi seluruh kader NU di mana saja. Tugas pembangunan kemasyarakatan, janganlah dikesampingkan dan malah dilarikan ke ranah politik. Masroni yang didampingi sejumlah ulama tarekat lainnya, mengakui jika ada kekhawatiran, NU akan mengarah ke sana. Namun ia membantah jika ulama-ulama tarekat disebut akan keluar dari NU. (Red: siwi/Rep: Andina)