Wednesday, January 20, 2010

Said Aqil: Tarekat Diharapkan Kembangkan Upaya Sosial Ekonomi

Rabu, 23 Maret 2005 15:07

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU KH Said Agil Siradj mengungkapkan bahwa untuk lebih mensejahterakan jamaahnya, terekat diharapkan lebih meningkatkan upaya sosial disamping mengurusi dzikir, wirid dan spiritualitas.
Tokoh-tokoh sufi zaman dahulu hidup dalam berbagai profesi dan mereka menjalaninya dengan serius. Ada seorang sufi yang menjadi kepala negara, yaitu Umar bin Abdul Aziz. Ada sufi yang ahli matematik yang malah menciptakan ilmu al Jabar, yaitu Jabar bin Hayyam.
“Ini menunjukkan bahwa aktifitas wirid dan spiritual tidak bertentangan dengan aktifitas ilmu pengetahuan. Dan juga kesan bahwa tarekat sasma dengan kumpulannya orang yang tidak berpendidikan bisa juga terhapus,” tandasnya.
Said Agil mencontohkan ada juga seorang sufi yang kaya. Imam al Junaid mendapat tambahan nama al Qowariri dibelakang namnya karena ia memiliki perusahaan pabrik botol, demikian juga Abu Said al Qorros merupakan pengusaha sutra, serta Fariduddin al Attor sebagai pengusaha parfum,
“Jadi dari ini saja diketahui bahwa para sufi juga pengusaha. Syeikh Abu Hasan as Syadzili, pendiri tarekat syadziliyah merupakan orang kaya. Ia bahkan menanggung muridnya yang sebanyak 6000,” tandasnya.
“Ini menunjukkan bahwa tidak benar tasawuf bertentangan dengan aktifitas duniawiyah. Yang penting bagaimana dunia tidak mempengaruhi hatinya, tidak mempengaruhi sikap moralnya, tegasnya.
Kyai-kyai NU zaman dahulu bisa dikatakan sebagai orang yang, Kyai Hasyim As’yari berprofesi sebagai petani yang kaya, Kyai Wahab dari Surabaya, Kyai Ali Maksum dari Jogja, Kyai Ahmad Siddiq dari Jember, semuanya merupakan kyai yang cukup.
Pada tanggal 27-30 Maret Jam’iyyah Ahlut Thariqat al Mu’tabarah An Nahdliyyah akan mengadakan muktamar ke 10 di Pekalongan. Said Aqil mengungkapkan bahwa sebenarnya tarekat merupakan jaringan yang sangat kokoh dan luas di dalam lingkup Nahdlatul Ulama, malah boleh dibilang jaringan ini lebih kokoh dan lebih luas dari pesantren, tetapi tarekat lebih merakyat, lebih egaliter, lebih mengakar dan lebih kokoh.(mkf)

No comments:

Post a Comment