Tuesday, December 1, 2009

Sejumlah Calon DPD Hadiri Haul KH Ibrahim

SM Minggu, 4 April 2004 

  • Anti Penjajah dan Orde Baru
MRANGGEN- Peringatan 78 tahun wafatnya KH Ibrohim bin Tohir bin Surohadi Menggolo dari Desa Brumbung, pekan lalu dihadiri sejumlah calon anggota Dewan Perwakilan Daerah. Para calon anggota DPD itu turut menghadiri puncak acara haul berupa pengajian akbar, Minggu (28/3).
Selain para kiai, tampak hadir pula Taslim Sahlan SAg, Drs H Sudharto MA, KH Achmad Chalwani, dan Hasan Toha Putra. Kendati sempat terkejut atas kunjungan para tokoh tersebut, Ketua Yayasan Ibrohimiyah M Rofiq menyampaikan terima kasih.
'' Kami menyampaikan terima kasih kepada bapak-bapak. Semoga para tokoh yang mewakili kalangan pemuda, pendidik, ulama, dan pengusaha muslim dapat menjadi pemimpin yang sanggup memikul amanah,'' ujarnya pada saat menyambut para tamu.
Sehari sebelumnya, ribuan peziarah dan jamaah tarekat Qodriyah wa Nahsyabandiyah dari berbagai penjuru kota mendapat kesempatan berdoa di makam kiai pendiri pondok pesantren tertua di Mranggen itu. Sebagian besar memanfaatkan kesempatan itu untuk berdoa di makam Mbah Ibrohim.
'' Tidak setiap hari makam Mbah Ibrahim dibuka untuk umum,'' tutur seorang peziarah asal Kadilangu, Demak, yang datang bersama rombongan jamaah masjid kampungnya.
Anti Kolonial
Semasa hidupnya, Mbah Ibrohim yang wafat pada tahun 1927 itu dikenal antipenjajahan. Sebagai santri yang pendiam yang gemar bertirakat, Ibrahim cukup disegani kawan-kawannya. Kekaguman orang terhadap Ibrohim semakin bertambah ketika dia mampu menghalau api yang membakar kapal yang membawanya ke Mekkah.
Sikap antikolonialnya juga ditunjukkan dengan melarang para santri pesantrennya menerima uang dari Belanda.'' Jangankan menerima uang, berpakaian seperti orang Belanda saja tidak boleh,'' kata Rofiq melanjutkan.
Sampai saat ini, pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang dikembangkan Mbah Ibrohim masih bertahan. Meskipun demikian, kondisi lembaga pendidikan itu kian memprihatinkan. Karena kekurangan biaya, sejumlah bangunan yang rusak belum bisa diperbaiki. Sikap mbah Ibrohim dan penerusnya yang menolak bekerja sama dengan Belanda maupun Orde Baru, menurut Rofiq, dimaknai keliru.
'' Sekarang zaman sudah berubah. Mbah Ibrohim waktu itu menolak bekerja sama karena pemerintahan yang ada dinilai lalim. Tetapi sekarang kan tidak bisa berpikir begitu,'' ungkapnya.
Sangat disayangkan jika keberhasilan lembaga pendidikan tradisional Islam telah dikenal banyak orang, justru tidak mendapatkan perhatian.'' Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, pernah mengatakan bahwa pesantren terbukti dapat memajukan pendidikan bangsa kita. Situasi pesantren yang dipenuhi irama belajar memacu semangat para santri,'' ujarnya KH Achmad Chalwani dalam ceramahnya. (nik-63)

No comments:

Post a Comment