Tuesday, December 1, 2009

kisah KH Habib Lutfi Mengisi Ramadan

SM - Jumat, 13 Oktober 2006

Sehari Khatamkan Alquran


SM/Trias Purwadi


Apa saja kesibukan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng selama bulan suci Ramadan? Hampir-hampir tak ada waktu luang, termasuk kesibukannya sebagai Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh An-Nahdliyyah. Berikut catatan tentang Habib Lutfi.
MEMASUKI bulan Ramadan, Habib Lutfi Ali bin Yahya mengubah total kegiatannya. Selama sebulan, pada bulan suci, dia memanfaatkan waktunya untuk beribadah total. Sehari-hari, ia mengaku hanya tidur 2-3 jam.
Lainnya, untuk tadarus (baca-Red) Alquran, shalat, zikir, doa, dan sesekali ceramah agama di wilayah Pekalongan. Karena itu, jangan heran jika Habib mampu mengkhatamkan Alquran dalam waktu sehari semalam.
"Selama bulan Puasa, kami menolak undangan ceramah di luar kota. Saya kira, sudah cukup saya ceramah di luar kota selama 11 bulan. Sedangkan sebulan ini, kami meningkatkan ibadah dengan mencegah hawa nafsu dan membersihkan diri dari dosa," kata Habib,
menjawab pertanyaan Suara Merdeka sebelum diminta mengisi mauizah khasanah dalam peringatan Nuzulul Quran di Kantor BNI, Pekalongan.
Apa kegiatan sehari-hari selama bulan Ramadan? Habib mengaku setiap habis asar membuka Alquran untuk dibaca. Sebab, membaca Alquran pada bulan Ramadan pahalanya ditingkatkan. Hingga pukul 17.00, Habib baru berhenti. Selama sore itu, dia mengaku minimal membaca tiga juz. Setelah itu, istirahat untuk bertemu dengan keluarga. Sesekali keluar rumah untuk menghirup udara segar dan menyaksikan keadaan di luar yang membuat badannya lebih fresh sambil menunggu waktu magrib, saatnya berbuka puasa.
Kendati siang menahan lapar, bukan berarti kiai karismatik itu langsung makan nasi seperti orang pada umumnya. Ulama tarekat yang dikenal sebagai pemersatu umat itu mengaku hanya minum teh, lalu makan tiga buah kurma.
Meski demikian, bukannya dia meninggalkan anak dan istrinya dalam berbuka. Habib ternyata juga sangat perhatian terhadap keluarganya. Karena itu, selama berbuka, dia menunggui anak dan istrinya sampai selesai. Bahkan sambil menunggu waktu isya, ia bersama keluarganya kumpul bareng membicarakan berbagai hal untuk menambah keakraban dengan anak dan istri.
Habib mendengarkan cerita anggota keluarganya dan sesekali memberikan nasihatnya. Sampai azan isya berkumandang, Habib dan keluarganya langsung menuju mushala keluarga untuk shalat berjamaah. Diawali shalat isya, kemudian dilanjutkan shalat tarawih hingga 23 rakaat. "Ini saya jalani terus sehingga salat tarawih itu selesai sekitar pukul 21.00," kata Habib.
Baru pukul 22.00 atau 23.00, ulama karismatik itu tadarus kitab suci lagi. Ibarat mobil, makin malam jalannya makin kencang. Demikian pula dalam membaca Alquran, ulama tingkat nasional itu tancap gas hingga beberapa jam tanpa istirahat. "Kami baru istirahat ketika akan sahur pukul 03.00.
Apakah mata tidak capai dan tidak menimbulkan kebosanan kalau kegiatan itu dilakukan sehari-hari? Habib mengaku tidak capai. Untuk memberikan semangat kepada dirinya, dia selalu memunculkan pertanyaan untuk hatinya bahwa kita kalau nonton TV selama tiga jam atau lebih betah (tahan). "Itu hanya nonton TV. Padahal Alquran adalah kitab suci yang menjadi pedoman umat Islam se-dunia," katanya.
Karena itu, ketika di hatinya muncul keinginan untuk istirahat sebentar, dia mengingat prinsip tersebut sehingga muncul kembali semangat untuk membaca lagi. Namun, itu dorongan untuk pribadi, bukannya mengkritik masyarakat. "Prinsip itu diperlukan agar seseorang bisa meningkatkan amal ibadahnya. Kenyataannya, saya kuat membaca mulai pukul 23.00 sampai pukul 03.00 tanpa mengantuk," katanya.
Pukul 03.00, keluarga mulai bangun dan mengajak Habib untuk sahur. Seperti menjelang shalat isya, tokoh pemersatu umat itu sehabis sahur juga berbincang-bincang dengan keluarga sambil menunggu waktu subuh untuk shalat berjamaah.
Sehabis shalat subuh, Habib bukannya langsung tidur seperti kebanyakan orang, meski semalam belum tidur. Lelaki yang dikenal komunikatif dengan siapa pun itu bukannya mengantuk kemudian tidur sampai pagi. Itu tidak dia lakukan.
Sebaliknya, dia malah tancap gas membaca Alquran lagi sampai pukul 10.00 hingga katam 30 juz dalam sehari semalam. Setelah itu, Habib baru tidur hingga waktu zuhur. Meski baru tidur 2-3 jam, ulama yang juga pendiri Pencinta Merah Putih Indonesia (PMPI) itu tidak mengantuk lagi. Mendengar azan, dia langsung bangun.. (Trias Purwadi-64n)

No comments:

Post a Comment