Kamis, 26 November 2009 | 14:55 WIB
TEMPO Interaktif, Padang - Sekitar 3.000 jemaah tarekat Naqsabandiyah di Sumatera Barat merayakan Idul Adha, Kamis (26/11) ini. Mereka Salat Idul Adha sehari lebih cepat dari yang ditetapkan pemerintah, Jumat (27/11). Salah satu surau Naqsabandiyah, Surau Baru, di Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang, memulai salat pukul 07.30 WIB. Puluhan jemaah Salat Idul Adha dipimpin Khatib Syah Badar dengan Imam Zahar.
Selesai salat di surau yang didirikan pada 1910 itu, mereka memotong hewan kurban di halaman surau tua itu. Ada tiga ekor kambing yang dijadikan hewan kurban.
“Hewan kurban tahun ini memang paling sedikit, karena kita baru saja terkena gempa. Jadi lebih banyak yang memilih memperbaiki rumah yang rusak dari pada membeli hewankurban,” kata Khatib Syah Badar, seorang Mursid Naqsabandiyah di Surau Baru.
Ia mengatakan Idul Adha ditetapkan lebih cepat dalam perhitungan penanggalan dalam satu bulan paling banyak sampai 30 hari, sehingga Ramadhan dan Idul Fitri bagi jemaah Naqsabandiayah juga lebih cepat.
Di Kota Padang, ada 50 surau Naqsabandiyah dengan jemaah sekitar 1.500 orang. Sementara di daerah lain, seperti Kabupaten Solok Selatan, Pesisir Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, dan Pasaman, ada 50 surau lainnya dengan pengikut sekitar 1.500 orang. Di Sumatera Barat aliran Naqsabandiyah dibawa Syech M. Thaib pada 1806 dengan mendirikan surau pertama di Piai, Kecamatan Pauh.
Menurut Khatib Syah Badar, tarekat Naqsabandiyah menetapkan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, berdasarkan penanggalan sendiri dengan maksimal 30 hari dalam sebulan. ”Kami tidak mengubah peninggalan yang sudah ditetapkan pendahulu. Ini sesuai dengan Al-Quran,” ujar dia.
FEBRIANTI
No comments:
Post a Comment