Sunday, November 29, 2009

Doa untuk Situs Qadiriyah

Tempo 04/XXXII 07 April 2003
 
Penganut tarekat di Jawa Timur menggelar doa akbar. Tempat-tempat bersejarah dan keramat di Irak memang terancam akibat perang.
MASJID dan makam Syeikh Abdul Qadir Jailani di Kota Bagdad kini dijaga ketat sejumlah tentara Irak bersenjata berat. Sejak awal Januari lalu, tersiar kabar bahwa Amerika Serikat dan pasukan koalisi telah menyiapkan rudal-rudal untuk melenyapkannya dari muka bumi. Hingga pekan lalu, masjid berkubah kuning keemasan dengan dua menara itu masih kukuh berdiri, sebagaimana dilaporkan wartawan Tempo Zuhaid el-Qudsy dari Irak.

Masjid dan makam sang sufi memang menyatu. Syeikh Abdul Qadir adalah sufi besar yang lahir di Provinsi Jailan, Iran. Ia dibesarkan dan wafat di Kota Bagdad pada 1166 (lihat Mawar dari Bagdad). Sedangkan masjid itu, yang termegah dan terkenal di Bagdad, dulunya Madrasah Qadariyah yang terkenal berhasil mencetak banyak ulama.

Tak jauh dari sana, masih di kawasan A’dhamiya, Bagdad, terdapat masjid makam Abu Hanifah, salah satu dari imam mazhab fikih dalam Islam. Masjid yang berkubah biru muda dengan satu menara itu masih terawat baik. Ditopang banyak tiang kukuh, masjid yang dibangun hampir seribu tahun lalu itu masih berfungsi penuh. Orang-orang ramai salat dan berziarah, setiap hari, kapan saja.

Kini, karena lokasinya berdekatan dengan kantor Gubernur Bagdad, tak pelak tempat bersejarah itu berada di wilayah rawan. Tak mengherankan bila mereka yang mempunyai ikatan emosional dengan tempat itu, terutama dengan Syeikh Abdul Qadir Jailani, ikut khawatir. Termasuk para pengikut tarekat di Indonesia, yang penganutnya kini diperkirakan 20 juta orang. Kelompok terbesar dari aliran Naqsabandiyah, Qadariyah, dan Saziliyah.

Lihatlah kecemasan penganut tarekat di Jawa Timur. Dua pekan lalu, Jam’iyah Ahl Al-Thariqah Al-Muktabaroh Al-Nahdliyah, organisasi payung tarekat-tarekat di Indonesia, menggelar acara doa akbar di Surabaya. Diikuti ribuan orang, mereka membaca doa qunut nazilah untuk keselamatan rakyat Irak. Mereka juga ”kirim” doa khusus yang berkait dengan Syeikh Abdul Qadir Jailani. Intinya, mereka tidak rela jika tempat keramat itu jadi korban perang. ”Kita tidak bisa tinggal diam, yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa,” kata Habib Luthfi, ketua umum organisasi tarekat tersebut, kepada Sohirin dari Tempo News Room, Jumat pekan lalu.

Doa di mata mereka punya kekuatan ampuh. ”Doa adalah senjata bagi orang mukmin,” kata Kiai Mustofa Bisri, ulama kondang dari sayap Islam tradisional Nahdlatul Ulama.

Berkat doa, menurut kiai yang mengikuti berita-berita perang AS-Irak ini, Pentagon, markas pertahanan AS, tak mampu menjelaskan penyebab rudal yang sudah diprogram dengan komputer canggih bisa nyasar. Juga penyebab pesawat tempur jatuh atau helikopter bertabrakan. Peristiwa baku tembak sesama pasukan koalisi AS dan sekutunya juga terasa aneh.

Namun kecemasan ini bukan cuma urusan pengikut tarekat. UNESCO, badan dunia di bawah PBB yang mengurusi pendidikan, sains, dan kebudayaan, akhir Maret lalu juga sudah memperingatkan Amerika Serikat agar menjaga warisan sejarah Irak yang unik. Di Negeri Seribu Satu Malam itu terserak sekitar 25 ribu situs arkeologi warisan Mesopotamia, Babilonia, dan Arab. Termasuk di dalamnya tempat bersejarah warisan Islam, antara lain Najaf dan Karbala, tempat suci kaum Syiah. Bagi kalangan tarekat, utamanya, ya, masjid dan makam Syeikh Abdul Qadir Jailani itu.

Kelik M.N.

No comments:

Post a Comment