PEKALONGAN-Tasawuf Muhammadi diharapkan dapat menjadi model tarekat yang dikembangkan di Indonesia. Konsep itu telah dicontohkan Nabi Muhammad, yaitu dengan tidak hanya membangun spiritualitas umatnya, tetapi juga membangun bangsa dan negara.
Nabi Muhammad menunjukkan, mendekati Allah pun juga harus berkarya dalam masyarakat, peduli terhadap kaum dlu'afa, dan mustad'afin, serta melakukan amar makruf nahi munkar . Sebab itu, ketika Rasul dalam peristiwa Isra Mikraj telah sampai kehadirat Allah, tetap kembali ke dunia untuk membangun dunia ini.Demikian dikatakan Prof Dr Amin Syukur, dosen Fakultas Ushuludin, Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, dalam seminar nasional ''Peran Thariqah dalam Membangun Nurani dan Perekat Persatuan Bangsa'', di aula STAIN Pekalongan, kemarin. Selain Amin Syukur, seminar itu juga menghadirkan Sekjen Depag Prof Dr Faisal Ismail MA dan Prof Dr Abdurrahman Mas'ud, dosen IAIN Semarang.
Sementara itu, Sekjen Depag Faisal Ismail mengatakan, tarekat berfungsi sebagai metode pembinaan spiritual dalam bingkai agama Islam yang oleh banyak orang sering dijalankan secara formal dan kehilangan esensinya. Ibadah yang mereka jalankan tak mampu difungsikan dalam rangka amar makruf nahi munkar.
Tahapan pertama yang harus dilalui seorang murid tarekat adalah tobat, yakni menyadari kekeliruan yang pernah dilakukan dan tidak mengulanginya. Tobat menjadi keharusan bagi setiap individu, sebab semua orang tak luput dari kekhilafan.
Muktamar X Jamiyyah Ahlith Thariqah Almutabarah An Nahdliyyah tidak hanya mengundang perhatian umat muslim. Umat nonmuslim juga mengharapkan kegiatan itu bisa memberikan manfaat bagi perdamaian di muka bumi. Uskup MGR Yulianus Sunarka dari Keuskupan Purwokerto mengaku terkesan atas kegiatan muktamar yang dibuka oleh Presiden SBY tersebut. (G16,A15-69t)
No comments:
Post a Comment