Kamis, 23/04/2009 14:50 WIB
Muhammad Nur Hayid - detikNews
Jakarta - Menjelang penentuan cawapres dalam Rapimnas Partai Demokrat (PD) tanggal 25 April mendatang, bursa cawapres SBY makin terbuka. Setelah Golkar memutuskan cerai dengan PD, bursa nama cawapres semakin mengerucut. Benarkah Hatta Rajasa yang paling menonjol di antara kandidat lainnya?
Menguatnya nama Hatta ini disebabkan karena nama Akbar Tandjung yang sebelumnya juga santer dinilai potensial mendampingi SBY mulai mengecil. Sebab, Partai Golkar yang sebelumnya diharapkan akan menjadi penopang koalisi sudah menetapkan sikap bercerai dengan partainya SBY, PD. Selain itu, pertimbangan usia Akbar yang lebih tua dari SBY dinilai juga tidak cukup produktif dalam membantu tugas-tugas SBY di periodenya yang kedua jika terpilih lagi dalam pilpres 2009.
"Potensi Hatta memang menguat setelah Golkar menyatakan cerai dengan PD. Apalagi Pak Akbar yang sebelumnya itu calon kuat belakangan dinilai terlalu agresif. SBY kan tidak suka yang seperti ini," kata sumber detikcom, Kamis (23/4/2009).
Sumber itu malanjutkan ceritanya, dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar di kediaman Habib Luthfi Bin Yahya Pekalongan Rabu (22/4/2009) kemarin, sebenarnya SBY akan hadir di acara yang dihadiri ribuan orang itu. Tetapi karena Akbar ikut hadir, SBY memilih mengutus Menteri Komunikasi dan Informatika M Nuh mewakili SBY.
"Ketidakhadiran beliau yang sebelumnya confirm hadir, ini karena tidak ingin dikesankan wacana duet SBY-Akbar sudah selesai. Kalau beliau memang menghendaki Pak Akbar, kan harusnya SBY datang," paparnya.
Data lain yang diterima detikcom, melemahnya dukungan Akbar dari partai pendukung koalisi SBY karena PKS juga bekerja keras mengeluarkan Golkar dari partai pengusung SBY. Hal ini termasuk mengeluarkan nama Akbar dari bursa cawapres SBY. Hal ini dimaksudkan agar dalam pemilu 2014 PKS sebagai partai kader dapat menggilas Golkar yang dinilai sebagai partai paling rapi organisasinya dan berpengalaman.
Sumber detikcom di DPP PKS menjelaskan bahwa sikap PKS yang keras dengan Golkar tetapi tidak mengajukan cawapres dari kalangan internal partai disebabkan karena sudah ada kesepakatan tertentu dengan Mensesneg Hatta Rajasa. Konon dengan cara itulah, PKS akan dapat portofolio menteri yang lebih banyak karena Golkar keluar dari koalisi pendukung SBY.
"Sebenarnya di internal PKS banyak yang ingin mengusung kader sendiri. Ada Pak Hidayat, ada Tifatul, ada Anis Matta. Tetapi keinginan itu sudah dipotong oleh beberapa elit yang selama ini gencar menggalang koalisi," papar sumber itu.
"Elit ini kabarnya sudah melakukan deal-deal politik dengan Hatta Rajasa. Makanya suara PKS nanti kalau ditanya SBY akan diarahkan ke Hatta, karena PKS tidak mengajukan cawapres sendiri. Di sini peluang Hatta akan lebih kuat daripada Akbar karena sudah ada minimal dukungan dari PKS dan PAN," paparnya.
Namun, menurut sumber tersebut, di internal PKS masih ada perdebatan soal skenario ini. Pasalnya Hatta dinilai tidak akan cukup memberi kontribusi bagi PKS. Justru PKS akan dirugikan dengan konsep seperti ini. Belum lagi soal belum selesainya dukungan PAN secara institusi kepada SBY karena Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir masih belum mengumumkan dukungan final PAN meskipun Amien Rais sudah final ke SBY.
"Skenario ini masih belum sepenuhnya diterima semua kader. Tetapi karena partai kami ini partai kader, di mana jika keputusan tertinggi sudah diambil, semua kader harus ikut. Ya skenario ini tidak akan susah dijalankan jika Majelis Syuro sudah memutuskan," paparnya
Dengan dukungan PKS inilah, selain back up total Amien Rais yang masih membawa gerbong lama Muhammadiyah, nama Hatta akan semakin terang untuk dipasangkan dengan SBY. Ditambah lagi beberapa sumber detikcom menjelaskan bahwa Hatta merupakan salah satu menteri kabinet yang memiliki kemampuan multitasking, selain loyalitas yang tinggi.
No comments:
Post a Comment