Wednesday, December 2, 2009

Naqsabandiyah Sudah Idul Adha


PDF Print E-mail
Minggu, 07 Desember 2008
PADANG, TRIBUN  - Meski sempat dipertanyakan oleh Departemen Agama (Depag), Jemaah Naqsabandiyah tetap meyakini Hari Raya Idul Adha jatuh pada Sabtu (6/12) kemarin. Jemaah tersebut menyatakan telah melakukan perhitungan sejak zaman Rasulullah dengan kalender Arab.
Karena itulah sekitar 3.000 anggota Jemaah Naqsabandiyah di Sumatera Barat, Riau, dan Bengkulu melakukan Shalat Id lebih awal dari penetapan pemerintah dan sejumlah ormas Islam lainnya pada Senin (8/12) besok.

Di Surau Baru kawasan Kelurahan Cupak Tangah ,Kecamatan Pauh, Kota Padang,-- misalnya, warga mulai melakukan ibadah sekitar pukul 07.00 WIB.

Layaknya perayaan Idul Adha, mereka juga melakukan penyembelihan tujuh hewan kurban yang kemudian dibagikan kepada warga sekitarnya. Perayaan serupa terjadi di daerah Pasaman, Sasak, Kota Paya Kumbuh, dan Kabupaten Solok.

Menurut guru agama, Syafri Malin Mudo di Musala Baitul Makmur, Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang,  mereka memang sempat didatangi Kepala Kanwil Departemen Agama Sumbar bersama dengan MUI. “Tapi kami telah yakin Idul Adha jatuh pada hari Sabtu ini, dan ini juga perhitungan sejak dulu. Kami membuat kalender Arab,” katanya sambil menunjukkan kalendernya yang ditempel di dinding musala yang terletak di Jalan Dr M Hatta di Padang.

Munir, pengurus Surau Baru menambahkan, pihaknya menetapkan jatuhnya  Idul Adha berdasarkan perhitungan lamanya bulan hijriyah  29 dan 30 hari.

Menanggapi hal itu, MUI akan meminta pertanggungjawaban kepada Jemaah Naqsabandiyah. “Saya kira akan kita minta tanggung jawab penghitungannya. Apakah mereka melihat bulan atau atas dasar hisab. Hisab itu terjadi justru setelah wukuf. Di Arab Saudi saja baru besok (Minggu),” terang Sekjen MUI Ikhwan Syam.

Lain lagi yang diyakini pengikut Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di Jombang, Jawa Timur. Mereka berencana menggelar Shalat Idul Adha, Selasa (9/12). Penetapan itu sebatas hasil hisab atau penghitungan bulan. “Jika bulan di tanggal 29 Dzulqo’dah tidak tampak, maka kami genapkan menjadi 30 hari. Begitu pula sebaliknya,” kata pengurus tarekat, KH Nasuchah Anwar.

Meski kemungkinan berbeda dengan mayoritas umat Islam yang Shalat Id Senin, namun tarekat ini menganggap sebagai kewajaran. “Sama-sama punya dasar dalam menentukan hukum,” tandas Nasuchah.

Tarekat yang mengklaim memiliki banyak anggota di Jawa Timur dan Jawa Tengah ini, sering berbeda dengan pemerintah. Salat Idul Adha tahun 2007 juga digelar sehari setelah pemerintah menetapkan hari lebaran haji, Jumat (20/12) silam.

Begitu pula saat memulai bulan puasa maupun Shalat Idul Fitri tahun ini. Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah yang mirip ajaran Islam Jawa ala warga NU ini, berbeda dengan pemerintah maupun mayoritas ormas Islam.

Sambut Wukuf
Sementara itu, jutaan jamaah haji dari berbagai penjuru dunia mulai diberangkatkan ke Padang Arafah pada Sabtu pagi untuk mengikuti prosesi wukuf (berdiam untuk berzikir, istigfar dan berdoa). Akibat jadwal yang bersamaan inilah, jalan-jalan menuju kawasan Armina menjadi macet.

“Kita juga menetapkan pemberangkatan jamaah haji Indonesia yang jumlahnya 210.000 ke Arafah sejak sabtu pagi. Diharapkan Minggu pagi semuanya sudah berada di Arafah,” kata Ketua PPIH Arab Saudi Nur Samad Kamba.

Terkait masalah transportasi, Nur Samad menegaskan bahwa transportasi Arafah Musdalifah dan Mina tetap akan menggunakan sistem Taraduddi seperti tahun lalu. Dengan cara ini diharapkan jamaah dapat tenang selama melaksanakan ibadah di Armina karena pasti terangkut.

“Dalam safari wukuf disediakan 19 ambulans, empat couster, untuk mengangkut 70 pasien. Untuk 130 pasien jamaah yang bisa duduk disiapkan tiga bus besar” kata Nur Samad.

Diperoleh informasi pula, dari total jemaah haji Indonesia 210.000 orang, 107 jemaah meninggal dunia karena berbagai sebab. Sedangkan jamaah haji yang dirawat di BPIH Makkah tercatat 111 orang dan di Rumah Sakit Arab saudi 60 orang.(tic/ant/dtk)

No comments:

Post a Comment