Selasa, 22/05/2007 23:25 WIB
Ramdhan Muhaimin - detikNews
Jakarta - Radikalisme di sebagian masyarakat bisa muncul karena banyak hal. Salah satunya adalah karena lemahnya pemahaman agama. Mereka akan menjadi sasaran yang empuk bagi orang-orang yang bertujuan menyelewengkan ajaran agama atau mengajarkan paham-paham keagamaan yang sesat. "Umat yang lemah dari segi pemahaman biasanya mudah tergiur dengan bujukan material untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Termasuk tindakan redikalisme," ujar Menag Maftuh Basyuni. Hal itu disampaikan dia saat bersilaturahmi dengan ulama pesantren dan kyai Tarekat se-Indonesia, di Ponpes Almubarok, Medono, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (22/5/2007). Maftuh mengatakan, masyarakat yang memiliki pengetahuan agama yang lemah dari segi pengamalan perlu diberi sentuhan-sentuhan tasawuf atau penjelasan tentang himatut tasyri'. Sentuhan tersebut menurutnya, dapat mendorong mereka untuk memahami esensi dari perintah dan larangan agama secara lebih luas. Dari berbagai hasil penelitian, lanjut Maftuh, terungkap bahwa pengikut tarekat memiliki tingkat kesadaran menjalankan ibadah yang tinggi dan menampakan kesadaran moral yang tinggi pula. Kondisi itu merupakan suatu bentuk sumbangan yang berharga dalam rangka membangun moral bangsa secara umum. "Komitmen komunitas penganut tarekat seperti ini diharapkan senantiasa menjadi contoh penegakan nilai-nilai moral keagamaan dan penghayatan spiritual yang baik," ujar Maftuh. Maftuh jmenambahkan, tanggung jawab ulama ke depan semakin berat. Sebab masyarakat saat ini semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Peran ulama di lingkungan ponpes, tambah Maftuh, perlu dipertahankan. "Ulama adalah pendidik bagi santrinya, penyuluh bagi masyarakat, dan pembimbing bagi umat yang memerlukan nasehat, pertimbangan atau menghadapi masalah. Peran yang sudah berakar ini tak boleh ditinggalkan atau diabaikan," pungkasnya. (rmd/nvt)
No comments:
Post a Comment