Tuesday, December 1, 2009

Gus Kim Berpesan untuk Kembangkan Pendidikan

SM - Rabu, 01 Desember 2004
TANGIS pelayat yang memadati kompleks Pondok Pesantren Futuhiyyah, Mranggen, Demak, seolah-olah tak terbendung saat jenazah KH MS Lutfil Hakim (Gus Kim) diberangkatkan menuju pemakaman. Seiring kalimat tahlil, ribuan pelayat mengantarkan pimpinan dan pengasuh Pondok Futuhiyyah itu menuju peristirahatan terakhir, di kompleks pemakaman keluarga, Selasa (30/11).
Di antara ribuan santri dan pengikut tarekat Mu'tabararoh An Nahdliyyah bertakziah, tampak hadir KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rois Syuriyah PWNU Jateng KH Masruri Mughni, sejumlah kiai dari Jatim dan Jateng, Kakanwil Depag Jateng Drs H Chabib Thoha dan sejumlah pejabat Pemprov dan Pemkab Demak.
Di sela-sela Muktamar Ke-31 NU di Donohudan Boyolali, Gus Dur menyempatkan diri melayat Gus Kim. Gus Dur tiba di Futuhiyyah pukul 10.00, dan hanya didampingi ajudan. Kiai yang pernyataannya selama Muktamar NU dinilai kontroversial ini langsung menuju rumah duka di kompleks pondok pesantren. Gus Dur juga melakukan shalat sebagai penghormatan terakhir kepada Rois Aam Idaroh Ulya Thoriqot Mu'tabaroh An Nahdliyyah tersebut.
Seperti diungkapkan adik kandung Gus Kim, KH Hanif Muslih, seluruh keluarga dan masyarakat merasa kehilangan atas kepergian Gus Kim. Dengan kepergian Kiai Hakim, Futuhiyyah kehilangan salah satu kiai besar.
''Pada saat terakhir, beliau berpesan, hendaknya yayasan terus mengembangkan pendidikan dan keluarga diminta menjaga kerukunan,'' ungkap Gus Hanif.
Rasa kehilangan itu pula yang tergambar dari gurat ribuan pelayat yang berbondong-bondong datang dari segala penjuru. Seperti halnya Ahmad Jais (80) yang datang berombongan dari Ungaran. Bersama rekan-rekan tarekat, Jais ingin memberikan penghormatan terakhir kepada putra Kiai Muslih itu. Jais mengaku mendapat baiat Thoriqot Mu'tabaroh dari almarhum Kiai Muslih Abdurrohman, ayahanda Gus Kim. (Ninik D-58t)


No comments:

Post a Comment