Friday, November 27, 2009

Klaim Kiai Dekat Pejabat

Dari penelusuran Gatra, KH Ahmad Khoirun Nasihin dikenal sebagai sosok yang disegani para pejabat. Mulai tingkat kecamatan hingga istana kepresidenan. Saking diseganinya, beberapa kalangan menyapanya Mbah Nasihin, meski umurnya belum genap 40 tahun. Sebutan "mbah" itu setingkat lebih hormat ketimbang sekadar kiai.

Pada saat ini, di antara kiai terkemuka yang disebut "mbah" adalah KH Sahal Mahfudh, Rais Am PBNU dan Ketua Umum MUI, yang juga berdomisili di Pati. Itulah salah satu sebab, meski sinyalemen perilaku minor Nasihin sudah jadi rahasia umum warga sekitar, tidak banyak yang berani mengungkapnya. Ketika kasus ini meledak di media nasional, sebagian masyarakat terdekat tidak kaget.

Kedekatan Nasihin dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah tersiar pada Pemilu 2004. Nasihin mengklaim SBY sebagai murid spiritualnya. "Saya memang dekat dengan Pak Bambang. Dia murid saya," kata Nasihin kepada Gatra, Oktober 2004.

Pertemuan SBY dengan Nasihin ditandai dengan ritual unik. Kisah itu terdokumentasi dalam buku Ziarah Nurani SBY (2005) karya Munawar Fuad, mantan staf khusus keagamaan tim sukses SBY-JK. Buku yang diluncurkan pada Kongres I Partai Demokrat di Bali, Mei 2005, itu merekam kunjungan politik SBY ke sejumlah kiai ketika kampanye.

Pada bab "SBY dan Kiai Nasihin" dipaparkan kesaksian Fuad ketika mengantar SBY ke Pesantren AKN Marzuqi. "Ada kejadian menarik dalam kunjungan itu," tulis Fuad. Setiba di pesantren, SBY diajak masuk ruangan khusus oleh Kiai Nasihin, hanya berduaan. Usai temu empat mata itu, SBY diajak menunaikan salat lohor di masjid.

Setelah salat, para kiai itu diminta berdoa bergiliran untuk kemenangan SBY. Fuad terperanjat ketika giliran Nasihin berdoa. Sebelum Nasihin berdoa, SBY diminta berdiri di depan Nasihin yang juga berdiri. Tiba-tiba jidat SBY dibenturkan tiga kali ke jidat Nasihin. "Keras sekali," tulis Fuad. "Kejadian itu membuat kaget banyak orang, termasuk SBY."

Interaksi pertama SBY dengan Nasihin berawal dari rencana Muktamar Jam'iyah Ahli Thariqoh Mu'tabaroh Indonesia (JATMI) di pesantren Nasihin, 3 September 2003. Ketua JATMI, Maktub Effendy, menghubungi Kurdi Mustofa, staf pribadi SBY ketika menjadi Menko Polkam, untuk audiensi mengundang SBY.

Pada saat audiensi, Maktub memperkenalkan Nasihin, Ketua Penasihat (Mustasyar) JATMI, kepada SBY. Menurut Kurdi, SBY datang karena Muktamar JATMI, bukan karena Nasihin. Kalau muktamar di tempat lain, SBY juga akan datang. Menurut Kurdi, yang kini staf khusus presiden bidang komunikasi sosial, di mata SBY, semua ulama sama-sama terhormat dan spesial. Tidak ada yang lebih dari yang lain.

"Kalau Kiai Nasihin merasa punya hubungan khusus, ya, Kiai Nasihin sendiri yang suka ngomong gitu," kata Kurdi, yang alumnus IAIN Semarang. "Tidak ada yang spesial, apalagi mengklaim guru spiritual, dari mana ujung pangkalnya? Kalau kiai yang bener, malah nggak pernah ngomong gitu," Kurdi menambahkan. Setahu Kurdi, guru spiritual SBY hanya dua: ayah dan ibunya.

Agar pengaduan kasus Nasihin itu tidak simpang siur, Kurdi berharap, aparat hukum segera menyelidiki. "Kalau terbukti benar, tentu sangat memprihatinkan. Dunia kiai menjadi ternoda. Kasihan para kiai yang betul-betul ikhlas dan berkhidmah untuk umat," ujarnya.

Ini pelajaran bagi umat agar tidak gampang terkecoh oleh klaim tokoh. Sekaligus peringatan bagi tokoh agama agar tidak tergoda menyalahgunakan kepercayaan publik.

Asrori S. Karni
[Hukum, Gatra Nomor 8 Beredar Kamis, 1 Januari 2009]

No comments:

Post a Comment