Wednesday, December 2, 2009

Pak Wali Beri Kejutan


PDF
Print
E-mail
Selasa, 09 Desember 2008
Pak Wali Beri KejutanBATAM, TRIBUN - Meski tanggal merah, bukan berarti ada jadwal senggang bagi Wali Kota Batam, H Ahmad Dahlan. Pun saat bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, Senin (8/12) kemarin. Dengan didampingi sang istri, hj Mariana,  Ahmad Dahlan rela berkeliling ke berbagai tempat pelaksanaan ibadah kurban.
Tak ketinggalan, walikota juga menyempatkan diri mampir ke Tribun Batam untuk menyerahkan secara simbolis hewan kurban berupa seekor sapi. Tak urung kedatangan orang nomor satu di Kota Batam itu cukup mengejutkan para karyawan maupun warga yang sedang sibuk mempersiapkan diri melakukan penyembelihan hewan kurban.

Wali Kota disambut Pimpinan Perusahaan Tribun Batam, Daryono, serta sejumlah staf Tribun. Dalam suasana penuh kekeluargaan berbagai canda pun sempat terlontar. Daryono tak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas sumbangan dan perhatian yang diberikan walikota.
Ia berharap bantuan itu bermanfaat dan ibadahnya itu sampai kepada yang berhak.  Secara keseluruhan dalam Idul Adha kali ini Tribun melakukan kurban dua sapi dan 11 kambing, sumbangan dari sejumlah isntansi dan pejabat di Batam.

Sebelumnya, Shalat Id yang digelar di pelataran Kompleks MCP Batuampar berlangsung khidmat. Ratusan warga dan para karyawan mengikuti rangkaian shalat dengan khusuk. Meski hujan rintik-rintik sempat mengguyur, hal itu tidak mengurangai antusiasme umat muslim untuk melaksanakan ibadah.

Panitia sempat merencanakan menggelar shalat di masjid. Sampai-sampai pesan pendek (SMS) pun disebar yang intinya memberikan informasi pemindahan tempat shalat. Namun karena cuaca diangggap cukup mengizinkan, keputusan itu kemudian diralat.

Sementara itu, berbagai kejadian di sejumlah daerah di tanah air mewarnai perayaan Idul Adha tahun ini. Pembagian daging kurban di Kota Madiun tepatnya di sekolah Pesantren Sabililah Mutaqim (PSM), misalnya, diwarnai aksi dorong.
Warga yang antusias mengantre seakan tak sabar untuk merangsek maju hingga membuat pagar pintu sekolah roboh. Ketua Panitia Kurban Abdul Muin membenarkan adanya kejadian bahwa pintu pagar yang terbuat dari besi roboh itu karena warga kurang tertib.

“Sebenarnya kita sudah sediakan pengamanan untuk antisipasi kasus Pasuruan. Yakni mensiagakan sejumlah anggota brimob serta kesatuan lainnya. Namun karena kondisi jalan sempit dan ratusan warga antusias akhirnya pagar roboh,” jelas Abdul Muin.

aksi saling dorong juga terjadi di Halaman Pengadilan Negeri Surabaya, di Jakarta, Tangerang, dan sejumlah kota lain. Namun kejadian fatal yang mengakibatkan korban jiwa terhindarkan.

Yang cukup menarik pembagian daging yang dilakukan panitia kurban Masjid Istiqlal. Agar masyarakat tidak menerima lebih dari satu, panitia pun memberlakukan sistem celup tinta seperti pelaksanaan pemungutan suara pemilu. “Kaya pemilu. Ini bahan latihan untuk pemilu,” kata Ketua Panitia, Syamsudin yang menyelingi penjelasannya dengan canda.

Panitia menyembelih hewan kurban pada malam hari ini, usai Shalat Isya. Panitia pun menyediakan sekitar 5.000 kupon kurban untuk dibagikan esok harinya usai Shalat Subuh. “Siapa saja bisa mengantre, yang penting itu orang yang memang berhak untuk menerima,” katanya.

Berbeda
Pada saat sebagian besar umat Islam telah merayakan Idul Adha, lain halnya dengan pengikut aliran Sattariyah di Sumatera Barat. Sekitar 300 muslim tradisional di Padangpariaman yang menganut Sattariyah melaksanakan  Shalat Idul Adha 1429 Hijriah pada Rabu (10/12) esok. Mereka terlambat dua hari dari  jadwal yang ditetapkan pemerintah dan sejumlah ormas Islam lainnya.

Bachtiar (74), warga Sungai Sariak, Padangpariaman, mengatakan, penetapan Idul Adha berdasarkan penglihatan bulan atau hilal. Ajarah tarekat Sattariyah  dibawa Syech Burhanuddin dan disebarkan dari Ulakan, Padangpariaman. Paham ini identik dengan muslim tradisional di Sumbar.

Salah satu ciri khas ajaran Sattariyah adalah menentukan masuknya awal bulan hijriah dengan melihat bulan atau hilal dengan mata telanjang.  Awal puasa lalu, Sattariyah terlambat puasa dua hari dari jadwal pemerintah dan Idul Fitri terlambah satu hari dari jadwal pemerintah.

Sebelumnya, lebih dari seribu jemaah tarikat Naqsabandiyah Sumbar justru merayakan Idul Adha pada Sabtu lalu. Naqsabandiyah menetapkan Idul Adha lebih cepat dua hari dari Idul Adha resmi pemerintah.(pwk/tic/dtc/ant)


No comments:

Post a Comment